Sabtu, 05 November 2016

SEJARAH BAHASA INDONESIA DAN TATA CARA BERBAHASA YANG BAIK


Sejarah Bahasa Indonesia

PENDAHULUAN
Bahasa Indonesia berasal dari bahasa melayu. Bahasa melayu merupakan sebuah bahasa Autronesia yang di gunakan sebagai lingua france (bahasa pergaulan).
Tentang penyebaran penutur, Robert Blust menyatakan bahwa penutur bahasa Austronesia merupakan fenomena besar dalam sejarah umat manusia, untuk pertama kalinya istilah bahasa melayu disebutkan sekigtar 683- 686 M. angka ini tercantum pada beberapa prasati berbahaa melayu kuno dari Palembang dan Bangka.
Ahli bahasa tidak dapat menyimpulkan apakah bahasa melayu klasik merupakan lanjutan dari bahasa melayu kuno, hal ini disebabkan  terputusnya bukti – bukti  tertulis padda abad ke-9 hingga abad ke-13. Catatan yang menggunakan bahasa melayu klasik pertama kali berasal dari prasasti trengganu pada tahun 1303. Bahasa melayu klasik ini lebifh berkembang seiring dengan perkembangan agama islam di mulai dari aceh pada abad ke -14.
Bahasa melayu memiliki 2 bentuk, yaitu
a)      Melayu pasar
Melayu pasar seiring dipakai dalam kehidupan sehari – hari. Bentuk ini mudah di mengerti, memiliki toleransi kesalahan yang tinggi, dan fleksibel dalam menyerap istilah dari bahasa latin.,
b)      Melayu tinggi
Melayu tinggi merupakan bentuk yang lebih resmi. Pada masa lalu bentuk ini di gunakan pada keluarga keraajaan di Sumatra, Malaya, dan jawa.bentuk ini lebih sulit karena penggunaanya sangat halus, penuh sindirin agak sulit dimengerti xibanding melayu pasar, tingkat toleransi kesalahan yang rendah dan tidak espresif seperti bahasa melayu pasar.
 Kelahiran Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia dianggap lahir atau diterima keberadaanya pada sumpah pemuda 28 oktober 1928 yang menyebut sebagai bahasa persatuan. Namun secara resmi, bahasa Indonesia baru di akui keberadaanya pada tanggal 18 agustus 1945. Undang – Undang dasar RI 1945 pasal 36 menyebut bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi.
: Bahasa Indonesia merupakan dialek baku dari bahasa melayu riau. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh kihajar dewantara dalam kongres bahasa Indonesia 1 tahun 1939 di solo jawa tengah
jang dinamakan ‘Bahasa Indonesia’ jaitoe bahasa melajoe jang soenggoepoen pokonja bersal dari ‘Melajoe Riaoe’ akan tetapi jang soedah ditambah, dioebah atoe dikoerangi menoeroet keperloean zaman dan alam baharoe, hingga bahasa itoe laloe moedah dipakai oleh rakjat di seloeroeh Indonesia, pembaharoean bahasa melajoe hingga menjadi bahasa Indonesia itoe haroes dilakoekan aoleh koeum ahli jang beralam baharoe, ialah alam kebangsaan Indonesia”.
        Perkembangan Bahasa Indonesia
1.2.1        Usaha Penyempurnaan Ejaan
      Ejaan mengatur tentang penggunaan tanda baca meliputi tanda titik (.), tanda koma (,), tanda titik koma(;), tanda titik dua (:), tanda kurung (), tanda sku (…), tanda petik (“), tanda apostrof (‘), tanda seru (!), tanda Tanya (?), tanda persen (%), tanda hubung (-), tanda pisah ( - ), tanda miring (/), hingga tanda elipspsis (…).
      Ada beberapa perkembnagam ejaan bahasa indonesi, yaitu
1)      Ejaan van ophuijsen
Ejaan ini merupakan ejaan bahasa melayu dengan huruf latin.
Ciri – ciri dari ejaan ini  yaitu:
a)      Huruf  j,misalnya jang, pajah, dsb.
b)      Huruf oe, misalnya goeroe, itoe, dsb.
c)      Tanda diakritik, seperti koma ain, dan tanda trem, misalnya ma’moer, ‘akal, dsb.
2)      Ejaan soewandi
Ejaan ini dipilih pemerintah Indonesia di awl kemerdekaan untuk menggantikan ejaan van Ophuijsen. Ejaan ini resmi mengggantikan ejaan van ophuisjsenpada tanggal 19 maret 1997.
Ciri – ciri ejaan ini yaitu
a)      Huruf oe diganti dengan u, misalkan umur, guru, dsb.
b)      Bunyi hamzah dan bunyi sentak ditulis dengan k, misalkan tak, pak, dsb.
c)      Kata ulang boleh ditus dengan angka2, misalkan kanak2, dsb.
d)     Awalan di dan kata depan ditulis serangkain dengan kata yang mendampinginya, misalka di pasar..
3)      Ejaan melindo
Melindo merupankan singkatan dari melayu – Indonesia. Ejaan ini dikenal pada tanggal 1959.peresmian ejaan ini batal karena factor perkembangan politik pada tahun – tahun berikutnya.
4)      Ejaan yang disemournakan (EYD).
Ejaan ini dipakai hingga saat ini, lebih dari 30 tahun ejaan ini masih di pertahankan ejaan ini diresmikan pada tanggal 16 agustus 1972 oleh presiden repiublik Indonesia, yaitu almarhum presiden soeharto.

1.2.2        perkembangan bahasa
pada tanggal 28 oktober 1928 para pemuda dari beberapa daerah, sperti Sumatra, jawa, sulaweasi, dll. Berkumpul, peristiwa ini dikenal sebagai peristiwa sumpah pemud. Salah satu butir dalam sumpah pemuda sangat penting dalam perkembangan bahasa Indonesia. Pada saat itulah bahsa Indonesia dianggap sebagai pemersatu.
Pada tanggal 25 – 28 juni 1938, diadakn kongres bahasa Indonesia 1 di solo, kongres ini menyimpulkan bahwa usaha pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia dilakukan secara sadar oleh cendikiawan dan budayawan Indonesia.
Isi kongres tersebut antara lain:
1)      setuju mengambil bahsa asing untuk ilmu pengetahuan yang di ambil dari pembedarahan umum
2)      Perlu menyusun tata bahasa Indonesia yang baru
3)      Ejaan yang di gunakan yaitu ejaan van ophuijsen
4)      Wartawan sebaiknya mencari jalan untuk memperbaiki bahasa dalam persurat kabaran
5)      Bahsa Indonesia supaya dipakai dalam segala badan perwakilan
6)      Istilah – istilah internasioanl di ajarkan di sekolah
7)      Bahasa Indonesia hendaknya digunakan sebagai bahasa hokum dan sebagai pertukaran pikiran di dalam dewan – dewan perwakilan
8)      Perlu didirikan sebuah lembaga dan fakultas untuk mempelajari bahasa Indonesia
Kemerdekaan indononesia juga menetapkan bahasa Indonesia sebagai bahasa Negara.
Hal in sebagaimana dituagkan dalam undang – ungang dasar RI 1945 pasal  36. Undang – undang dasar ini ditandatanngani sehari setelah proklamasi kemerjdekaan, tepatnya tanggal 18 agustus 1945".



BAB II
Penulisan ejaan pada bahasa Indonesia mengacu pada ejaan yang di sempurnakan (EYD). EYD merupakan kaidah – kaidah penulisan tanda baca dan huruf yang harus ditaati oleh para pemakai bahasa.
.Beberapa kaidah dan contoh penggunaan tanda baca dalam penulisan baku.
2.1.1        Penggunaan tanda baca titik (.), koma (,), titik dua (:), tanda seru (!), tanda Tanya (?), tanda persen (%), seharusnya diketik rapat pada huruf yang mendahuluinya.
Contoh: tidak baku
a)      Hal itu salah !
b)      Apakah hal itu dapat dibenarkan ?
c)      Jumlah karyawan sekitar 15 %.

Baku
a)      Hal itu salah!
b)      Apakah hal itu dapat dibenarkan?
c)      Jumlah karyawan sekitar 15%.
2.1.2        Penggunaan tanda kutip (“….”) dan tanda kurung (), diketik rapat dengan huruf yang diapit.
Contoh: tidak baku
a)      Ketujuh kelompok “ sepadan “.
b)      Suku ini berasal dari ( daerah ) baduy.

Baku
c)      Ketujuh kelompok“sepadan“.
d)     Suku ini berasal dari (daerah) baduy.
2.1.3        Penggunaa tanda sama dengan (=), lebih besar (>), lebih kecil (<), tam bambah (+), kurang (-), dan bagi (:), diketik dengan jarak spasi satu ketukan sebelum dan sesudah.
Contoh: tidak baku
a)      n=5
b)      n>5
c)      x+y
d)     a:b=c

baku
a)      n = 5
b)      n > 5
c)      x + y
d)     a : b = c

   Penulisan Huruf
  Huruf Kapital atau Huruf Besar
1)      Huruf capital dipakai pada huruf pertama pada awal kalimat, misalnya
a)      Kami menggunakan barang produksi dalam negeri.
b)      Siapa yang dating tadi malam?
c)      Ayo, angkat tanganmu tinggi – tinggi.
2)      Huruf capital dipaki pada huruf pertama petikan langsung, misalya
a)      “Kapan kita ke Taman Safari?”
b)      Bapak menasihatkan “Jaga dirimu baik – baik, nak”
3)      Huruf capital dipakai huruf pertama unsur – unsur nama orang.
a)      Sule
b)      Indah
4)      Huruf capital dipakai pada huruf pertama nama bangsa, suku bangsa dsn bahasa.
a)      Bangsa Indonesia
b)      Bahasa Indonesia


  Huruf Miring
1)      Huruf miring dalam cetakan digunakan untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam karangan, misalya:
a)      Majalah Horison
b)      Tabloid Nova
c)      Surat kabar Kompas
2)      Huruf miring dalam cetakan digunakan untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, atau kelomppok, misalnya:
a)      Huruf pertama kata Allah ialah a
b)      Dis bukan menipu, maliankan ditipu.
. Huruf Tebal
Huruf tebal digunakan untuk menuliskan judul buku, bab, bagian bab, daftar isi, daftar table, daftar lambing, daftar pustaka, indeks, dan lampiran, misalnya:
Judu          : KETERAMPILAN MENULIS
Bab            :  BAB I PENDAHULUAN
Bagian bab : 1.1 Latar belakang
Daftar indeks, dan lampiran:
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMBANG
DAFTAR PUSTAKA
INDEKS
LAMPIRAN
 Penulisan Kata
Penulisan kata sering kali digunakan tidak tepat. Kesalahan yang sering dilakukan meliputi kata gabung berimbuhan, kata depan, partikel, ungkapan idiomatic, dan ungkapan penghubung. Kesalahan penulisan kata juga sering digunakan pada kata baku.
 Kata gabung berimbuhan
Imbuhan (afikasi) ditulis serangkai rapat dengan kata yang mendahuluinya, misalnya:
1)      Bertanggungjawab                    Penulisan awalan ber – ditulis serangkai dengan kata yang mengikuti
2)      Pertanggungjawabkan                 Penulisan akhiran kan – ditulis serangkai dengan kata yang mendajuluinaya.



 DIKSI
Secara etimologi, kata diksi berasal dari dictionary (inggris:diction) yang berarti perihal pemilihan kata.
Pilihan kata sangat penting dalam penulisan karya ilmiah, apabila pelihan kata tidak tepat, rangkaian kalimat menjadi tidak efektif dan informasi yang di smapaikan tidak jelas.

 Hal – hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan kata adalah sebagai berikut.
1)      Ketepatan makna
Ketepatan makna berkaitan dengan pemilihan kata agar dapat mengungkapkan gagasan penulis.
2)      Kecermatan memilih
Kecermatan mamilih berkaitan dengan memilih kata dengan baik.
3)      Keserasian konteks
Keserasian konteks erat kaitannya dengan kemampuan penggunaan kata – kata yang sesuia dengan konteks dan kelaziman bahasa itu.
 teknik pemilihn kata
1)      Memilih kata baku
2)      Menghindari kata yang termasuk jargon
3)      Menghindari kata dimana, yang mana.
4)      Memilih kata lugas bermakna denotative
5)      Memilih kata bersinonim
6)      Memilih kata ganti, kata dari dan dari pada, kasus, kebijakan dan kebijaksanaan.
7)      Memilih ungkapan idiom dan ungkapan penghubung yang tepat
8)      Menghindari penggunan frasa yang bersinonim secara bersamaan

 Definesi Kalimat
Kalimat adalah satuan bahasa terdiri dari satu kata/lebih yang bersifat mandiri dan berorintasi final. Kemandirian kalimat memiliki arti bahwa susunan kata yang terangkai dapat berdiri sendiri, tampa bergantung pada yang lain.
Untuk lebih memahami definisi mandiri dan berorintasi final, perhatikan contoh berikut:
1)      Gadis itu menakjubkan. (disebut kalimat)
2)      Itu gadis menakjubkan. (disebut kalimat)
3)      Gadis menakjubkan itu. (bukan kalimat)
Analisis fungsi kalimat (S,P,O,Pel,dan K) ketiga kalimat di atas sebagai berikut:
1)      Gadis itu menakjubkan. (disebut kalimat)
S                      P
2)      Itu gadis menakjubkan. (disebut kalimat)
S                      P
3)      Gadis menakjubkan itu. (bukan kalimat)
 S
Kalimat (3) belum dapat disebut sebagai kalimat karena belum beorintasi fina, belum memiliki informasi yang lengkap, dan masih dapat di lanjutkan.
 Pola dasar kalimat
Pola dasar kalimat dapat berupa kalimat verbal, nominal, kalimat adjektif, kalimat adverbal/kalimat preposional.
Contoh:
1)      Ibu membaca jurnal pendidikan.
S(KB)     P(kk)                         O
Kalimat ini disebut vormal karena memiliki predikat berupa kata kerja membaca.
2)      Bapak sorang guru besar.
  S(KB)     P(kk)          
Kalimat disebut kalimat nominal/ekuatif karena memiliki predikat berupa kata benda berintikan guru.
3)      Anak itu cantik.
  S(KB)         P(kk)
Kalimat ini disebut kalimat adjekteval/statif karena memiliki predikat berupa kata sifat cantik.
4)      Perginya tadi.
   S(KB)        P(kk)
Kalimat ini disebut kalimat adverbal karena predikat berupa kata keteragan tadi.
5)      Kakinya tiga.
S(KB)            P(kk)
Kalimat ini disebut kalimat numeralia karena memiliki predikat berupa kata bilangan tiga.
6)      Ibu ke kampus.
S(KB)   P(kk) 
 fungsi kalimat menurut Kridalaksana.
1)      Subjek adalh bagian klausa yang berwujud nomina atau frasa nomina.
2)      Predikat adalah bagian klausa yang menandai apa yang dilakukan oleh pembicara.
3)      Objek adalah kelompok nomina yang melengkapi verba tertentu dalam klausa.
4)      Pelengkapan adalah kata atau frase yang melengkapi kata atau frase lain.
5)      Keteranagan adalah kelompok kata yang dipakai untuk meluaskan atau membatasi makna subjek atau predikat dalam klausa.
    jenis kalimat
 berdasarkan perluasan fungsi
1)      kalimat inti
yaitu kalimat yang terdiri dari 2 kata yang memiliki subjek dan predikat.
Contoh: adik tidur
                S       P
2)      kalimat luas
yaitu kalimat yang memperluas fungsinyya
contoh: didin sudah menulis judul skripsi sejak lama.
                S                   P                     O               K
 berdasarkan jumlah klausa
1)      kalimat tunggal
yaitu kalimat yang terdiri atas dua unsur inti pembentukan kalimat, dan boleh diperluas dengan salah satu atau lebih unsur tambahan.
2)      Kalimat majemuk
Yaitu kalimat yang mengandung dua pola kalimat atau lebih.
Kalimat majemuk terdiri atas:
a)      Sebuah kalimat tunggal yang bagian – bagiannya diperluas sedemikian rupa, sehingga kalimat tersebut membentuk satu atau lebih kalimat baru.
b)      Penggabungan dari dua atau lebih kalimat tunggal sehingga kalimat yang baru mengandung dua atau lebih kalimat.




 kalimat efektif
   Kalimat efektif adalah kalimat yang mampu menyampaikan gagasan dari penulis kepada pembaca secara tepat menyimpulkan gagasan yang sama antara penulis dan pembaca.
  Ciri – ciri kalimat efektif
1.      Kesatuan gagasan 
Kesatuan gagasan yaitu menampakkan gagasan.
2.      Kesejajaran atau kepararelan
Yaitu penggunaan bentuk kata atau frase imbuhan yang sama derajatnya, sama pola atau susunan ferba, unsur kedua dan seterusnya juga harus ferba.
3.      Kelogisan
Yaitu kalimat efektif yang harus mudah di fahami, unsur pembentuknya harus memiliki hubungan logis yang dapat diterima akal sehat.
4.      Kehematan
Yaitu adanya hubungan jumlah kata yang digunakan dengan makna yang diacu, tidak menggunakan kata mubazir jika makna yang di acu sudah di jangkau.
5.      Penekanan
Yaitu upaya untuk mempertegas bagian kalimat yang memang perlu untuk di tonjolkan.

4.6 Sebab – sebab kalimat tidak efektif
      Kalimat tidak efektif adalah kalimat yang tidak memiliki sifa – sifat yang terdapat pada kalimat efektif.
 Sebab – sebab kalimat tidak efektif
1.      Kontaminasi
Kalimat kontaminasi yaitu kalimat yang tidak mengandung kata – kata yang sesuai atau tidak beraturan.
2.      Pleonasme
Yaitu bentuk pemakaian kata berlebihan.
3.      Ambiguitas
Yaitu sebuah bantuk yang memiliki tafsiran makna gambar.
4.      Tidak memiliki subjek

Yaitu kalimat yang dimaksut tidak memiliki subjek disini adalah tidak ada perintah dari nara sumbernya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar