Sabtu, 05 November 2016

PEMBENTUKAN KATA, FRASA, KLAUSA DAN KALIMAT

PEMBENTUKAN KATA, FRASA, KLAUSA DAN KALIMAT



pendahuluan
Kata adalah unsur bahasa terkecil yang dapat berdiri sendiri dan mempunyai makna. Ada banyak ragam pembentukan kata dalam Bahasa Indonesia. Sebagian besar kata dibentuk dengan cara menggabungkan beberapa komponen yang berbeda. Untuk memahami pembentukan kata-kata tersebut, kita sebaiknya mengetahui lebih dahulu beberapa konsep dasar dan istilah dari pembentukan kata.
Pemakaian kata secara tepat dalam kalimat merupakan ciri khas bahasa indonesia ragam ilmiah. Kata-kata yang digunakan adalah kata yang bermakna tunggal dan denotatif.
Kata yang bermakna tunggal digunakan untuk menghindari timbulnya berbagai penafsiran terhadap gagasan yang dikemukakan dalam kalimat.
Untuk memperoleh ketepatan penggunaan kata dalam kalimat, penulis harus paham betul akan makna ataupun konsep yang terwakili dalam kata-kata yang dipilihnya. Dalam memilih kata yang tepat untuk suatu kalimat dibutuhkan pengetahuan tentang gagasan yang dikemukakan dalam kata itu. Di samping itu, pengetahuan tentang ciri-ciri kata benda, kata kerja, dan kata sifat harus pula kita miliki.
Begitu juga dalam proses pembentukan frase, klausa, dan kalimat kita harus mengetahui dan tahu menempatkan unsur-unsurnya.
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil dalam komunikasi. Orang yang akan berkomunikasi pada hakikatnya ingin mengungkapkan sesuatu kepada pendengar dan pembacanya. Akan tetapi, para penutur bahasa umumnya lebih mengutamakan keberhasilan dalam berkomunikasi. Di sana-sini masih ditemukan kesalahan, salah satunya kesalahan dalam pembentukan kalimat.
Dalam makalah ini dipaparkan tentang materi kalimat, jenis kalimat, jenis klausa, serta macam-macam frase.
pembahasan
            Kata
Kata adalah kumpulan beberapa huruf yang memiliki makna tertentu. Dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) kata adalah unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan yang merupakan perwujudan suatu perasaan dan pikiran yang dapat dipakai dalam berbahasa.
2.1.1 Jenis-jenis Kata
1)     Kata Benda (Nomina)
Kata benda adalah kata-kata yang merujuk pada pada bentuk suatu benda, bentuk benda itu sendiri dapat bersifat abstrak ataupun konkret. dalam bahasa Indonesia kata benda (nomina) terdiri dari beberapa jenis, sedangkan dari proses pembentukannya kata benda terdiri dari 2 jenis, yaitu:
a.       Kata Benda (Nomina) Dasar: Kata benda dasar atau nomina dasar ialah kata-kata yang yang secara konkret menunjukkan identitas suatu benda, sehingga kata ini sudah tidak bisa lagi diuraikan ke bentuk lainnya. Contoh : buku, meja, kursi, radio, dan lain-lain.
b.      Kata Benda (Nomina) Turunan: Nomina turunan atau kata benda turunan ialah jenis kata benda yang terbentuk karena proses afiksasi sebuah kata dengan kata atau afiks. Proses pembentukan ini terdiri dari beberapa bentuk, yaitu:
·         Verba + (-an) contoh: Makanan.
·         (Pe-) + Verba contoh: Pelukis.
·         (Pe-) + Adjektiva contoh: Pemarah, Pembohong.
·         (Per-) + Nomina + (-an) contoh: Perbudakan.
2)      Kata Kerja (Verb)
Kata kerja atau verba adalah jenis kata yang menyatakan suatu perbuatan. Kata kerja dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
a.       Kata Kerja Transitif: Kata kerja transitif merupakan kata kerja yang selalu diikuti oleh unsur subjek, contoh : membeli, membunuh memotong, dll. Dilihat dari segi bentuknya kata kerja transitif dapat dibagi menjadi 2 bentuk, yaitu: Kata kerja transitif berimbuhan dan kata kerja transitif tak berimbuhan.
b.      Kata Kerja Intransitif: Kata kerja intransitif ialah kata kerja yang tidak memerlukan pelengkap. Seperti kata tidur untuk contoh kalimat berikut: saya tidur, pada kalimat tersebut kata tidur yang berposisi sebagai predikat (P) tidak lagi diminta menerangkan untuk memperjelas kalimatnya, karena kalimat itu sudah jelas.
3)      Kata Sifat (Adjektif)
Kata sifat ialah kelompok kata yang mampu menjelaskan atau mengubah kata benda atau kata ganti menjadi lebih spesifik. Karena kata sifat mampu menerangkan kuantitas dan kualitas dari kelompok kelas kata benda atau kata ganti.
Ciri-ciri Kata Sifat
a.       Kata sifat terbentuk karena adanya penambahan imbuhan ter- yang mengandung makna paling.
b.      Kata sifat dapat diterangkan atau didahului dengan kata lebih, agak, paling, sangat & cukup.
c.       Kata sifat juga dapat diperluas dengan proses pembentukan seperti ini : se- + redupliasi (pengulangan kata) + -nya, contoh : sehebat-hebatnya, setinggi-tingginya, dan lain-lain.
Beberapa Proses Pembentukan Kata Sifat
a.       Kata sifat yang terbentuk dari kata dasar, misalnya: kuat, lemah, rajin, malas, dan lain-lain.
b.      Kata sifat yang terbentuk dari kata jadian, misalnya: terjelek, terindah, terbodoh, dan lain-lain.
c.       Kata sifat yang terbentuk dari kata ulang, misalnya: gelap-gulita, pontang-panting, dan lain-lain.
d.      Kata sifat yang terbentuk dari kata serapan, misalnya: legal, kreatif, dan lain-lain.
e.       Kata sifat yang terbentuk dari kata atau kelompok kata, misalnya: lapang dada, keras kepala,baik hati, dan lain-lain.
4)      Kata Ganti (Pronomina)
Kelompok kata ini dipakai untuk menggantikan benda atau sesuatu yang dibendakan. Kelompok kata ini dapat dibedakan menjadi 6 bentuk, yaitu:
a.       Kata Ganti Orang: ialah jenis kata yang menggantikan nomina. Kata ganti orang dapat dibedakan lagi menjadi beberapa bentuk, yaitu:
·         Kata ganti orang pertama tunggal, misal: aku, saya.
·         Kata ganti orang pertama jamak, misal: kami, kita.
·         Kata ganti orang kedua tunggal, misal: kamu.
·         Kata ganti orang kedua jamak, misal: kamu, kalian, anda, kau/engkau.
·         Kata ganti orang ketiga tunggal, misal: dia, ia.
·         Kata ganti orang ketiga jamak, misal: mereka, beliau.
b.      Kata Ganti Kepemilikan: ialah kata ganti yang dipakai untuk menyatakan kepemilikan, misal: “buku kamu/bukumu”, “buku aku/bukuku”, “buku dia/bukunya”, dan sebagainya.
c.       Kata Ganti Penunjuk: ialah kata ganti yang dipakai untuk menunjuk suatu tempat atau benda yang letaknya dekat ataupun jauh, misal: “di sini”, “di sana”, “ini”, “itu”, dan sebagainya.
d.      Kata Ganti Penghubung: ialah kata ganti yang digunakan untuk menghubungkan anak kalimat dan induk kalimat kata yang dipakai yaitu: “yang”, “tempat”,”waktu”.
e.       Kata Ganti Tanya: ialah kata ganti yang dipakai untuk meminta informasi mengenai sesuatu hal, kata Tanya yang dimaksud ialah “apa”, “siapa”, “mana”.
f.       Kata Ganti Tak Tentu: ialah kata ganti yang digunakan untuk menunjukkan atau menggantikan suatu benda atau orang yang jumlahnya tak menentu (banyak), misal: masing-masing, sesuatu, para, dan sebagainya.
5)      Kata Keterangan (Adverbia)
Kata keterangan adalah jenis kata yang memberikan keterangan pada kata kerja, kata sifat, dan kata bilangan bahkan mampu memberikan keterangan pada seluruh kalimat. Kata keterangan dapat dibagi lagi menjadi beberapa bagian, yaitu:
a.       Kata Keterangan Tempat: ialah jenis kata yang memberikan informasi mengenai suatu lokasi, misal: di sini, di situ, dan lain-lain.
b.      Kata Keterangan Waktu: ialah jenis keterangan yang menginformasikan berlangsungnya sesuatu dalam waktu tertentu, misal: sekarang, nanti, lusa, dan lain-lain.
c.       Kata Keterangan Alat: ialah jenis kata yang menjelaskan dengan cara apa sesuatu itu dilakukan ataupun berlangsung, misal: “dengan tongkat”, “dengan motor”, dan lain-lain.
d.      Kata Keterangan Syarat: ialah kata keterangan yang dapat menerangkan terjadinya suatu proses dengan adanya syarat-syarat tertentu, misal: jikalau, seandainya, dan lain-lain.
e.       Kata Keterangan Sebab: ialah jenis kata yang memberikan keterangan mengapa sesuatu itu dapat terjadi, misal; sebab, karena, dan sebagainya.
6)      Kata Bilangan (Numeralia)
Kata bilangan ialah jenis kelompok kata yang menyatakan jumlah, kumpulan, urutan sesuatu yang dibendakan. Kata bilangan juga dibedakan menjadi beberapa bagian, yaitu:
a.       Kata bilangan tentu, contoh: satu, dua, tiga, dan seterusnya.
b.      Kata bilangan tak tentu, contoh: semua, beberapa, seluruh, dan lain-lain.
c.       Kata bilangan pisahan, contoh: setiap, masing-masing, tiap-tiap.
d.      Kata bilangan himpunan, contoh: berpuluh-puluh, berjuta-juta.
e.       Kata bilangan pecahan, contoh: separuh setengah, sebagian, dan lain-lain
f.       Kata bilangan ordinal/giliran, contoh: pertama, kedua, ketiga, dan seterusnya.
7)      Kata Tugas
Kata tugas ialah kata yang memiliki arti gramatikal dan tidak memiliki arti leksikal. Kata tugas juga memiliki fungsi sebagai perubah kalimat yang minim hingga menjadi kalimat transformasi. Dari segi bentuk umumnya, kata-kata tugas sukar mengalami perubahan bentuk. Kata-kata seperti : dengan, telah, dan, tetapi dan sebagainya tidak bisa mengalami perubahan. Tapi, ada sebagian yang bisa mengalami perubahan golongan kata ini jumlahnya sangat terbatas, misalnya: tidak, sudah kedua kata itu dapat mengalami perubahan menjadi menidakkan dan menyudahkan.
Ciri-ciri Kata Tugas
Ciri dari kata tugas ialah bahwa hampir semuanya tidak dapat menjadi dasar untuk membentuk kata lain. Jika verba datang dapat diturunkan menjadi mendatangi, mendatangkan dan kedatangan. Bentuk-bentuk seperti menyebabkan dan menyampaikan tidak diturunkan dari kata tugas sebab & sampai tetapi dari nomina sebab dan verba sampai yang membentuknya sama tapi kategorinya berbeda.
Jenis-jenis Kata Tugas
a.       Preposisi (kata depan): ialah jenis kata yang terdapat di depan nomina (kata benda), misalnya : dari, ke & di. Ketiga kata depan ini dipakai untuk merangkaikan kata-kata yang menyatakan tempat atau sesuatu yang dianggap tempat. Contoh : Di Jakarta, di rumah, ke pasar, dari kantor.
b.      Konjungsi (kata sambung): ialah jenis kata yang dapat menggabungkan 2 satuan bahasa yang sederajat, misalnya : dan, atau & serta. Jenis kata tugas yang mampu menghubungkan kata dengan kata, frasa dengan frasa, atau klausa dengan klausa. Konjungsi (kata sambung) dapat dibagi menjadi 4, yaitu:
c.       Konjungsi Koordinatif: yaitu konjungsi yang menghubungkan 2 unsur atau lebih yang sama pentingnya, atau memiliki status yang sama contoh: dan, atau & serta.
d.      Konjungsi korelatif: yaitu konjungsi yang menghubungkan 2 kata, frasa atau klausa yang memiliki status sintaksis yang sama. Konjungsi korelatif rerdiri atas dua bagian yang dipisahkan oleh satu frasa, kata atau klausa yang dihubungkan oleh : baik .... maupun, tidak .... tetapi.
e.       Konjungsi Antarkalimat: yaitu konjungsi yang menghubungkan satu kalimat dengan kalimat yang lainnya. Konjungsi jenis ini selalu membuat kalimat baru, tentu saja dengan huruf kapital di awal kalimat. Contoh : Biapun begitu, akan tetapi ....
f.       Konjungsi Subordinatif: yaitu konjungsi yang menghubungkan 2 klausa atau lebih dan klausa itu merupakan anak kalimat. Konjungsi ini terbagi lagi menjadi 12 kelompok, yaitu:
g.      Konjungsi subordinatif waktu : sejak, semenjak, sedari, sewaktu.
h.      Konjungsi subordinatif syarat : jika, jikalau, bila, kalau.
i.        Konjungsi subordinatif pengandaian : seandainya, seumpama.
j.        Konjungsi subordinatif konsesif : biarpun, sekalipun.
k.      Konjungsi subordinatif pembandingan : seakan-akan, seperti.
l.        Konjungsi subordinatif sebab : sebab, karena, oleh sebab.
m.    Konjungsi subordinatif hasil : sehingga, sampai.
n.      Konjungsi subordinatif alat : dengan, tanpa.
o.      Konjungsi subordinatif cara : dengan, tanpa.
p.      Konjungsi subordinatif komplementasi : bahwa.
q.      Konjungsi subodinatif atribut : yang
r.        Konjungsi subordinatif perbandingan : sama ... dengan, lebih ... dari.
  Frase
Frase adalah satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi. Misalnya: akan datang, kemarin pagi, yang sedang menulis.
Dari batasan di atas dapat lah dikemukakan bahwa frase mempunyai dua sifat, yaitu
-          Frase merupakan satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih.
-          Frase merupakan satuan yang tidak melebihi batas fungsi unsur klausa, maksudnya frase itu selalu terdapat dalam satu fungsi unsur klausa yaitu: S, P, O, atau K.
2.2.1   Macam-macam Frase
1)         Frase Endosentrik
Frase endosentrik adalah frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya.
Frase endosentrik dapat dibedakan menjadi tiga golongan yaitu:
a.       Frase endosentrik yang koordinatif
Yaitu frase yang terdiri dari unsur-unsur yang setara, ini dibuktikan oleh kemungkinan unsur-unsur itu dihubungkan dengan kata penghubung.
Misalnya:  - kakek-nenek               - pembinaan dan pengembangan
                     - laki bini                      - belajar atau bekerja
b.      Frase endosentrik  yang atributif
Yaitu frase yang terdiri dari unsur-unsur yang tidak setara. Karena itu, unsur-unsurnya tidak mungkin dihubungkan.
Misalnya: -  perjalanan panjang         - hari libur
Perjalanan, hari merupakan unsur pusat, yaitu: unsur yang secara distribusional sama dengan seluruh frase dan secara semantik merupakan unsur terpenting, sedangkan unsur lainnya merupakan atributif.
c.       Frase endosentrik yang apositif
Yaitu frase yang atributnya berupa aposisi/ keterangan tambahan.
 Misalnya: Susi, anak Pak Saleh, sangat pandai.
Dalam frase Susi, anak Pak Saleh secara sematik unsur yang satu, dalam hal ini unsur anak Pak Saleh, sama dengan unsur lainnya, yaitu Susi. Karena, unsur anak Pak Saleh dapat menggantikan unsur Susi.
2)      Frase Eksosentrik
Frase eksosentrik adalah frase yang tidak mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya.
Misalnya:
Siswa kelas 1A sedang bergotong royong di dalam kelas.
Frase di dalam kelas tidak mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya. Ketidaksamaan itu dapat dilihat dari jajaran berikut:
                        Siswa kelas 1A sedang bergotong royong di ….
                        Siswa kelas 1A sedang bergotong royong …. kelas
3)      Frase Nominal
Frase nominal adalah frase yang memiliki distributif yang sama dengan kata nominal.
      Misalnya: baju baru, rumah sakit.
4)      Frase Verbal
Frase verbal adalah frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan golongan kata verbal.
      Misalnya: akan berlayar
5)       Frase Bilangan
Frase bilangan adalah frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata bilangan.
      Misalnya: dua butir telur, sepuluh keping
6)       Frase Keterangan
Frase keterangan adalah frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata keterangan.
      Misalnya: tadi pagi, besok sore
7)      Frase Depan
Frase depan adalah frase yang terdiri dari kata depan sebagai penanda, diikuti oleh kata atau frase sebagai aksinnya.
8)      Frase Ambigu
Frase ambigu artinya kegandaan makna yang menimbulkan keraguan atau mengaburkan maksud kalimat. Makna ganda seperti itu disebut ambigu.
Misalnya: Perusahaan pakaian milik perancang busana wanita terkenal, tempat mamaku bekerja, berbaik hati mau melunaskan semua tunggakan sekolahku.
Frase perancang busana wanita dapat menimbulkan pengertian ganda:
- Perancang busana yang berjenis kelamin wanita.
- Perancang yang menciptakan model busana untuk wanita.

  Klausa
Klausa adalah kelompok kata yang terdiri dari subjek (S) dan predikat (P) baik disertai objek (O), maupun keterangan (K), serta memilki potensi untuk menjadi kalimat (Ramlan, 1996 : 56).
 Misalnya: banyak orang mengatakan.
2.3.1   Jenis-jenis Klausa
1)      Klausa Aktif
Klausa aktif adalah klausa yang subjeknya berperan sebagai pelaku atau aktor.
Contoh:
-          Ayah melihat saya menulis surat.
-          Saya melarang kamu mencangkul kebun itu.
-          Ibu menyuruh dia memanggil nenek.
2)      Klausa Pasif
Klausa pasif adalah klausa yang subjeknya berperan sebagai penderita.
Contoh:
-          Dia tahu benar surat itu telah kutulis.
-          Aku tidak mau tahu kebun itu kau cangkul.
-          Semua kami tahu nasi itu telah dimakan oleh ibu.
3)      Klausa Medial
Klausa medial adalah klausa yang subjeknya berperan baik sebagai pelaku maupun sebagai penderita.
Contoh:
-          ..... dia menghibur hatinya.
-          ..... dia menyiksa dirinya.
-          ..... aku menusuk jariku.
4)      Klausa Resiprokal (refleksif)
Klausa resiprokal adalah klausa yang subjek dan objeknya melakukan suatu perbuatan yang berbalas-balasan.
Contoh:
v  Saya tidak suka kalau kalian baku hantam dengan mereka.
v  Paman menyuruh saya bersalam-salaman dengan tamu itu.
v  Ayah menganjurkan agar kami saling mengasihi dengan saudara.
5)      Klausa Intransitif
Klausa intransitif adalah klausa yang mengandung kata kerja yang tidak memerlukan sesuatu objek.
Contoh:
v  Ayah pergi ke sawah
v  Ibu tinggal di rumah
v  Adik bermain-main di pekarangan
6)      Klausa Statif
Klausa statif adalah klausa yang berpredikat ajektif atau yang dapat disamakan dengan ajektif.
Contoh:
v  Anak itu pintar
v  Neneknya kaya
v  Mereka capek
7)      Klausa Ekuasional
Klausa ekuasional adalah klausa yang berpredikat nomina.
Contoh:
v  Nenekku dukun
v  Pamannya pedagang
v  Adiknya dokter
8)      Klausa Terikat
Klausa terikat adalah klausa yang tidak dapat berdiri sendiri sebagai kalimat sempurna, hanya mempunyai potensi sebagai kalimat tak sempurna.
Jenis klausa ini ada tiga, yaitu:
a.       Klausa Nominal
Klausa nominal adalah klausa terikat yang bertindak sebagai nomina.
Contoh:
Ø  Mereka melatih pemakaian bahasa
Ø  Kami telah mengatakan hal itu
b.      Klausa Ajektival
Klausa ajektival adalah klausa terikat yang bertindak sebagai ajektif.
Contoh:
Ø  Orang kaya itu nenek saya
Ø  Lelaki tua ini paman si Ali
Ø  Lelaki yang masih kuat bekerja ini paman si Ani
c.       Klausa Adverbial
Klausa Adverbial adalah klausa terikat yang bertindak sebagai adverbia.
Contoh:
Ø  Dia pergi ke sana
Ø  Saya akan datang nanti
Ø  Saya akan datang kalau tugas saya telah selesai

  Kalimat
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang berupa klausa, yang dapat berdiri sendiri dan mengandung pikiran lengkap.
Setiap kalimat selalu mengandung dua bagian yang saling mengisi. Bagian yang saling mengisi itu harus dapat memberikan pengertian yang dapat diterima, logis. Selalu ada yang dikemukakan yang diikuti oleh bagian yang menerangkan atau memberikan sesuatu tentang yang dikemukakan itu. Bagian yang dikemukakan itu dalam bahasa biasa disebut subjek dan bagian yang menerangkan itu disebut predikat (Putrayasa, 2007: 2).
Kalimat merupakan hubungan dua buah kata atau lebih yang paling renggang. Karena renggangnya hubungan kata yang membangun suatu kalimat bisa dibalik susunannya tanpa membawa perubahan arti. Kalimat dapat dijelaskan sebagai satuan kata terkecil yang mengandung pengertian lengkap. Batasan tersebut dapat dibedakan atas dua bagian besar, yaitu:

v  Dari segi bentuk/ struktur
Kalimat ialah satuan kata terkecil. Maksudnya, kalimat dapa dibangun minimal dengan dua buah kata.
v  Dari segi makna
Kalimat harus mengandung pengertian yang lengkap. Suatu kesatuan kata terkecil yang mengandung pengertian yang lengkap apabila didalamnya sudah terdapat subjek (S) dan predikat (P). Satuan kata yang mengandung S dan P susunannya dapat dibalik tanpa mengubah arti kesatuan tersebut.                                

                  Jenis Kalimat Berdasarkan Isinya
1)      Kalimat Berita
Kalimat berita adalah kalimat yang mendukung suatu pengungkapan peristiwa atau kejadian.
a.       Bentuk penulisan kalimat berita
Penulisan kalimat berita dimulai dengan huruf besar, dan diakhiri dengan tanda titik. Contoh:
Ø  Korban lapindo blokir rumah Ical.
Ø  Jusuf  kalla bertemu dengan Megawati.
Ø  Aksi premanisme terjadi di kota-kota besar.
b.      Kemungkinan struktur kalimat berita
v  Struktur S-P
Contoh:
-         Gubernur itu diperiksa.
-         Ketua komite itu rapat.
v  Struktur S-P-O
Contoh:
-         KPK memeriksa gubernur itu.
-         Para demonstran mendatangi KPUD.
v  Struktur S-P-01-02
Contoh:
-         Majalah itu diberikan oleh adik kepadaku.
-         Korban kecelakaan itu dirawat di RSUD.
v   Struktur S-P-O-A
Contoh:
-            Para siswa SMA/SMK mempersiapkan perlengkapan ujian sejak dini.
-         Kepala sekolah mengumumkan berita itu tadi pagi.
2)      Kalimat Tanya
Kalimat tanya adalah kalimat yang mengandung suatu pertanyaan.
a.       Bentuk penulisan kalimat tanya
Penulisan kalimat tanya dimulai dengan huruf besar dan diakhiri dengan tanda tanya.
Contoh:
Ø  Apa saudara seorang mahasiswa?
Ø  Bagaimana menggunakan alat ini ?
Ø  Dimana tempat tinggalmu?
3)      Kalimat Perintah
Kalimat perintah adalah kalimat yang isinya menyuruh orang lain untuk melakukan sesuatu yang kita kehendaki.
a.       Bentuk penulisan kalimat perintah
Sesuai dengan apa yang telah dijelaskan di atas, penulisan kalimat perintah dimulai dengan huruf besar dan diakhiri dengan tanda titik atau tanda seru.
Contoh:
Ø  Berikan buku ini kepadanya kalau dia datang!
Ø  Antarkan uang ini ke Bank!
Ø  Keluarkan mobil itu!

                  Jenis Kalimat Berdasarkan Jumlah Klausanya
1)      Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri atas satu klausa atau satu konstituen S-P (Putrayasa, 2007: 41).
Jaid, unsur inti kalimat tunggal ialah subjek dan predikat. Dalam kalimat tunggal tentu saja terdapat semua unsur wajib yang diperlukan. Di samping itu, tidak mustahil unsur manasuka seperti keterangan tempat, waktu, dan sebagainya. Dengan demikian, kalimat tunggal tidak selalu dalam wujud yang pendek, tetapi juga dapat panjang.
Contoh:
-     Palestina bertempur.
-     Kami mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang.
-     Guru Bahasa Indonesia kami akan dikirim ke luar negeri
-     Tes Potensi Akademik telah diselenggarakan seminggu lalu.
-     Syamsul Bahri akan melanjutkan kuliah di Batavia.
2)      Kalimat Bersusun
Kalimat bersusun adalah kalimat yang terdiri atas satu klausa bebas dan sekurang-kurangnya satu klausa terikat.
Contoh:
-     Ayah marah kalau dia terlambat pulang.
-     Para siswa bersorak setelah membaca pengumuman itu.
-     Dia pasti datang kalau kita mengirim ongkosnya.
-     Guru marah kalau kita terlambat.
-     Raminra mendapat beasiswa karena ia pintar.
-     Bapak bangun setelah ayam berkokok.
-     Kami naik kereta api kalau bus penuh.
-     Temannay akan datang kalau tidak ada halangan.
3)      Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk adalah penggabungan dua kalimat tunggal atau lebih, sehingga kalimat yang baru mengandung dua pola kalimat atau lebih.
Contoh:
-     Dia membeli baju itu, lalu menyimpannya dalam almari.
-     Saya mengajar di Undiksha, sedangkan dia mengajar di Undiknas.
-     Gadis itu sedang menyisir rambutnya.
Gadis, yang berbaju merah itu sedang menyisir rambutnya.

Macam-macam kalimat majemuk:
a.       Kalimat Majemuk Setara
Kalimat majemuk setara adalah gabungan beberapa kalimat tunggal menjadi sebuah kalimat yang lebih besar, dan tiap-tiap kalimat tunggal yang digabungkan tidak kehilangan unsur-unsurnya.
Contoh:
K1 = Matahari terbenam di ufuk Barat.
K2 = Margasatwa kembali ke sarangnya.
K3 = Para petani segera pulang ke rumahnya masing-masing.
KMS: Matahari terbenam di ufuk Barat, margasatwa kembali ke sarangnya, dan para petani segera pulang ke rumahnya masing-masing.
b.      Kalimat Majemuk Rapatan
Kalimat majemuk rapatan adalah beberapa kalimat tunggal yang mempunyai kesamaan unsur, yang digabungkan menjadi kalimat majemuk dengan menuliskan/menyebutkan satu unsur yang sama.
Contoh:
-                  K1 = Benteng itu ditembaki.
K2 = Benteng itu dibom bertubi-tubi.
                                                K3 = Benteng itu diratakan dengan tanah.
KMR: Benteng itu ditembaki, dibom bertubi-tubi dan diratakan      dengan tanah.
c.       Kalimat Majemuk Bertingkat
Kalimat majemuk bertingkat adalah kalimat yang hubungan pola-polanya tidak sederajat, salah satu pada bagian yang lebih tinggi kedudukannya disebut induk kalimat, sedangkan bagian yang lebih rendah kedudukannya disebut dengan anak kalimat.
Contoh:
Kedatangannya disambut oleh rakyat kemarin.
Ternyata kalimat tunggal di atas terdiri atas empat unsur. Tiap-tiap unsur yang ada dapat diganti dengan sebuah kalimat. Misalnya unsur kemarin diganti dengan:
           Ketika matahari mulai condong ke Barat.
Kalau kalimat bentukan di atas digabungkan dengan sisa kalimat sumbernya, maka akan terbentuk kalimat gabungan yang berbunyi:
             Kedatangnya disambut oleh rakya ketika matahari mulai condong ke Barat.
Analisis KMB di atas:
Induk kalimat (Ika) : kedatangannya disambut oleh rakyat.
Anak kalimat (Aka) : ketika matahari mulai condong ke Barat.
d.      Kalimat Majemuk Campuran
Kalimat majemuk campuran adalah kalimat yang terdiri atas sebuah pola atasan dan sekurang-kurangnya dua pola bawahan, atau sekurang-kurangnya dua pola atasan dan satu atau lebih pola bawahan.
Contoh:
·         Satu pola atasan dan dua pola bawahan
Mahasiswa jurusan PBSID telah menyelenggarakan cerdas cermat bahasa indonesia, yang diikuti oleh para siswa SMA, serta dihadiri juga oleh para guru mereka.
·         Dua pola atasan dan satu pola bawahan
Kepala Sekolah menyerahkan hadiah itu dan meminta agar kami terus menyimpannya pada tempat yang sama, yang telah disediakan oleh pegawai.

2.4.3                  Jenis Kalimat Berdasarkan Predikat yang Membentuknya
a.       Kalimat Verbal
Kalimat verbal adalah kalimat yang predikatnya kata kerja.
Macam-macam kalimat verbal:
Ø Kalimat Berpredikat Verba Taktransitif
Adalah kalimat yang tak berobjek dan tak berpelengkap, hanya memiliki dua unsur.
Contoh:
-              Ibu guru sedang berbelanja.
-              Pelatihnya belum datang.
Ø Kalimat Berpredikat Verba Semitransitif
Adalah kalimat yang predikatnya bisa diikuti objek, bisa juga tanpa diikuti objek.
Contoh:
-              Dahlia sedang memasak.
Dahlia sedang memasak nasi.
-              Pak guru mengajar.
Pak guru mengajar muridnya.
b.      Kalimat Nominal
Kalimat nominal adalah kalimat yang predikatnya dibentuk dengan selain kata kerja.
Contoh:
-       Buku itu cetakan Bandung.
-       Pemian sepak bola itu kaya.
-       Tabungannya hanya sedikit.
-       Mereka ke rumah kemarin.
2.4.4                  Jenis Kalimat Berdasarkan Sifat Hubungan Aktor-Aksi
a.       Kalimat Aktif
Kalimat aktif adalah kalimat yang subjeknya melakukan pekerjaan.
Contoh:
-       Banyak partai politik melanggar tata tertib kampanye.
-       Pramuniaga itu melayani pembelinya dengan ramah.
-       Penduduk desa itu melebarkan jalan yang ada di desanya.
-       Gadis itu rindu pada orang tuanya.
b.      Kalimat pasif
Kalimat pasif adalah kalimat yang subjeknya dikenai pekerjaan.
Contoh:
-       Galian itu kita perdalam.
-       Pemain sinetron itu mereka lempari.
-       Juara dunia itu tak terkalahkan.
-       Kami kehujanan tadi pagi.
-       Rumahnya kemasukan pencuri.
c.       Kalimat Medial
Kalimat medial adalah kalimat yang subjeknya berperan, baik sebagai pelaku maupun sebagai penderita.
Contoh:
-       Aku menyesali nasibku.
-       Aku menusuk jariku.
-       Dia menghibur dirinya.
d.      Kalimat Resiprokal
Kalimat resiprokal adalah kalimat yang subjek dan objeknya melakukan suatu perbuatan yang berbalas-balasan.

Contoh:
-       Para pembeli tawar-menawar dengan para pedagang.
-       Hadirin bersalam-salaman dan bermaaf-maafan satu sama lainnya pada hari natal.
-       Tembak-menembak masih sering terjadi antara pasukan Israel dan Palestina.
Jenis Kalimat Berdasarkan Struktur Internal Klausa Utama
a.       Kalimat Lengkap
Kalimat lengkap adalah kalimat yang mengandung klausa lengkap.
Contoh:
-       Bayi itu menyusu.
-       Lado menulis buku.
-       Barcelona meraih trofi Liga Champions.
b.      Kalimat Tak Lengkap
Kalimat tak lengkap adalah kalimat yang dasarnya terdiri atas sebuah klausa terikat, atau sama sekali tidak mengandung struktur klausa.
Contoh:
-       Belum berakhir.
-       Meskipun kurang sedikit.
-       Oleh karena itu, adiknya sakit.
 Jenis Kalimat Berdasarkan Ada Tidaknya Perubahan dalam Pengucapan
a.       Kalimat Langsung
Kalimat langsung adalah kalimat yang langsung diucapkan oleh si pembicara.
Contoh:
-       Darwin berkata, “Peristiwa itu terjadi baru saja”.
-       Siswa itu bertanya, “Kapan nilai kami dibagikan?”
-       Tanya paramita, “Apakah gurunya galak?”
b.      Kalimat Tak Langsung
Kalimat tak langsung adalah kalimat yang sudah mengalami perubahan pengucapan dari pembicara aslinya.
Contoh:
-       Mereka menyatakan ahwa persediaan beras sudah habis.
-       Ibu menyarankan agar kami rajin-rajin belajar.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar