PEMBENTUKAN KATA, FRASA,
KLAUSA DAN KALIMAT
pendahuluan
Kata adalah unsur bahasa terkecil yang dapat berdiri
sendiri dan mempunyai makna. Ada banyak ragam pembentukan kata dalam Bahasa Indonesia.
Sebagian besar kata dibentuk dengan cara menggabungkan beberapa komponen yang berbeda.
Untuk memahami pembentukan kata-kata tersebut, kita sebaiknya mengetahui lebih
dahulu beberapa konsep dasar dan istilah dari pembentukan kata.
Pemakaian kata secara tepat dalam kalimat merupakan
ciri khas bahasa indonesia ragam ilmiah. Kata-kata yang digunakan adalah kata
yang bermakna tunggal dan denotatif.
Kata yang bermakna tunggal digunakan untuk menghindari timbulnya berbagai
penafsiran terhadap gagasan yang dikemukakan dalam kalimat.
Untuk memperoleh ketepatan penggunaan kata dalam
kalimat, penulis harus paham betul akan makna ataupun konsep yang terwakili
dalam kata-kata yang dipilihnya. Dalam memilih kata yang tepat untuk suatu
kalimat dibutuhkan pengetahuan tentang gagasan yang dikemukakan dalam kata itu.
Di samping itu, pengetahuan tentang ciri-ciri kata benda, kata kerja, dan kata
sifat harus pula kita miliki.
Begitu juga dalam proses pembentukan frase, klausa, dan kalimat kita
harus mengetahui dan tahu menempatkan unsur-unsurnya.
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil dalam
komunikasi. Orang yang akan berkomunikasi pada hakikatnya ingin mengungkapkan
sesuatu kepada pendengar dan pembacanya. Akan tetapi, para penutur bahasa
umumnya lebih mengutamakan keberhasilan dalam berkomunikasi. Di sana-sini masih
ditemukan kesalahan, salah satunya kesalahan dalam pembentukan kalimat.
Dalam makalah ini dipaparkan tentang materi kalimat, jenis kalimat, jenis
klausa, serta macam-macam frase.
pembahasan
Kata
Kata adalah kumpulan
beberapa huruf yang memiliki makna tertentu. Dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa
Indonesia) kata adalah unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan yang
merupakan perwujudan suatu perasaan dan pikiran yang dapat dipakai dalam
berbahasa.
2.1.1
Jenis-jenis Kata
1) Kata
Benda (Nomina)
Kata benda adalah kata-kata yang
merujuk pada pada bentuk suatu benda, bentuk benda itu sendiri dapat bersifat
abstrak ataupun konkret. dalam bahasa Indonesia kata benda (nomina) terdiri
dari beberapa jenis, sedangkan dari proses pembentukannya kata benda terdiri
dari 2 jenis, yaitu:
a.
Kata Benda (Nomina) Dasar: Kata
benda dasar atau nomina dasar ialah kata-kata yang yang secara konkret
menunjukkan identitas suatu benda, sehingga kata ini sudah tidak bisa lagi
diuraikan ke bentuk lainnya. Contoh : buku, meja, kursi, radio, dan
lain-lain.
b.
Kata Benda (Nomina) Turunan: Nomina
turunan atau kata benda turunan ialah jenis kata benda yang terbentuk karena
proses afiksasi sebuah kata dengan kata atau afiks. Proses pembentukan ini terdiri
dari beberapa bentuk, yaitu:
·
Verba + (-an) contoh: Makanan.
·
(Pe-) + Verba contoh: Pelukis.
·
(Pe-) + Adjektiva contoh: Pemarah,
Pembohong.
·
(Per-) + Nomina + (-an) contoh:
Perbudakan.
2) Kata
Kerja (Verb)
Kata kerja atau verba adalah jenis
kata yang menyatakan suatu perbuatan. Kata kerja dapat dibedakan menjadi 2
jenis, yaitu:
a. Kata Kerja
Transitif: Kata kerja transitif merupakan kata kerja yang selalu diikuti oleh
unsur subjek, contoh : membeli, membunuh memotong, dll. Dilihat dari segi
bentuknya kata kerja transitif dapat dibagi menjadi 2 bentuk, yaitu: Kata kerja
transitif berimbuhan dan kata kerja transitif tak berimbuhan.
b. Kata Kerja
Intransitif: Kata kerja intransitif ialah kata kerja yang tidak memerlukan
pelengkap. Seperti kata tidur untuk contoh kalimat berikut: saya
tidur, pada kalimat tersebut kata tidur yang berposisi sebagai
predikat (P) tidak lagi diminta menerangkan untuk memperjelas kalimatnya,
karena kalimat itu sudah jelas.
3) Kata
Sifat (Adjektif)
Kata sifat ialah kelompok kata yang
mampu menjelaskan atau mengubah kata benda atau kata ganti menjadi lebih
spesifik. Karena kata sifat mampu menerangkan kuantitas dan kualitas dari
kelompok kelas kata benda atau kata ganti.
Ciri-ciri
Kata Sifat
a. Kata sifat
terbentuk karena adanya penambahan imbuhan ter- yang mengandung makna
paling.
b. Kata sifat
dapat diterangkan atau didahului dengan kata lebih, agak, paling,
sangat & cukup.
c. Kata sifat
juga dapat diperluas dengan proses pembentukan seperti ini : se- +
redupliasi (pengulangan kata) + -nya, contoh : sehebat-hebatnya,
setinggi-tingginya, dan lain-lain.
Beberapa Proses Pembentukan
Kata Sifat
a. Kata sifat
yang terbentuk dari kata dasar, misalnya: kuat, lemah, rajin, malas, dan
lain-lain.
b. Kata sifat
yang terbentuk dari kata jadian, misalnya: terjelek, terindah, terbodoh, dan
lain-lain.
c. Kata sifat
yang terbentuk dari kata ulang, misalnya: gelap-gulita, pontang-panting, dan
lain-lain.
d. Kata sifat
yang terbentuk dari kata serapan, misalnya: legal, kreatif, dan lain-lain.
e. Kata sifat
yang terbentuk dari kata atau kelompok kata, misalnya: lapang dada, keras
kepala,baik hati, dan lain-lain.
4) Kata
Ganti (Pronomina)
Kelompok kata ini dipakai untuk
menggantikan benda atau sesuatu yang dibendakan. Kelompok kata ini dapat
dibedakan menjadi 6 bentuk, yaitu:
a.
Kata Ganti Orang: ialah jenis kata
yang menggantikan nomina. Kata ganti orang dapat dibedakan lagi menjadi
beberapa bentuk, yaitu:
·
Kata ganti orang pertama tunggal,
misal: aku, saya.
·
Kata ganti orang pertama jamak,
misal: kami, kita.
·
Kata ganti orang kedua tunggal,
misal: kamu.
·
Kata ganti orang kedua jamak, misal:
kamu, kalian, anda, kau/engkau.
·
Kata ganti orang ketiga tunggal,
misal: dia, ia.
·
Kata ganti orang ketiga jamak,
misal: mereka, beliau.
b. Kata Ganti
Kepemilikan: ialah kata ganti yang dipakai untuk menyatakan kepemilikan, misal:
“buku kamu/bukumu”, “buku aku/bukuku”, “buku dia/bukunya”, dan sebagainya.
c. Kata Ganti
Penunjuk: ialah kata ganti yang dipakai untuk menunjuk suatu tempat atau benda
yang letaknya dekat ataupun jauh, misal: “di sini”, “di sana”, “ini”, “itu”,
dan sebagainya.
d. Kata Ganti
Penghubung: ialah kata ganti yang digunakan untuk menghubungkan anak kalimat
dan induk kalimat kata yang dipakai yaitu: “yang”, “tempat”,”waktu”.
e. Kata Ganti
Tanya: ialah kata ganti yang dipakai untuk meminta informasi mengenai sesuatu
hal, kata Tanya yang dimaksud ialah “apa”, “siapa”, “mana”.
f. Kata Ganti
Tak Tentu: ialah kata ganti yang digunakan untuk menunjukkan atau menggantikan
suatu benda atau orang yang jumlahnya tak menentu (banyak), misal:
masing-masing, sesuatu, para, dan sebagainya.
5) Kata
Keterangan (Adverbia)
Kata keterangan adalah jenis kata
yang memberikan keterangan pada kata kerja, kata sifat, dan kata bilangan
bahkan mampu memberikan keterangan pada seluruh kalimat. Kata keterangan dapat
dibagi lagi menjadi beberapa bagian, yaitu:
a. Kata
Keterangan Tempat: ialah jenis kata yang memberikan informasi mengenai suatu
lokasi, misal: di sini, di situ, dan lain-lain.
b. Kata
Keterangan Waktu: ialah jenis keterangan yang menginformasikan berlangsungnya
sesuatu dalam waktu tertentu, misal: sekarang, nanti, lusa, dan lain-lain.
c. Kata
Keterangan Alat: ialah jenis kata yang menjelaskan dengan cara apa sesuatu itu
dilakukan ataupun berlangsung, misal: “dengan tongkat”, “dengan motor”, dan
lain-lain.
d. Kata
Keterangan Syarat: ialah kata keterangan yang dapat menerangkan terjadinya
suatu proses dengan adanya syarat-syarat tertentu, misal: jikalau, seandainya,
dan lain-lain.
e. Kata
Keterangan Sebab: ialah jenis kata yang memberikan keterangan mengapa sesuatu
itu dapat terjadi, misal; sebab, karena, dan sebagainya.
6) Kata
Bilangan (Numeralia)
Kata bilangan ialah jenis kelompok
kata yang menyatakan jumlah, kumpulan, urutan sesuatu yang dibendakan. Kata
bilangan juga dibedakan menjadi beberapa bagian, yaitu:
a. Kata bilangan
tentu, contoh: satu, dua, tiga, dan seterusnya.
b. Kata
bilangan tak tentu, contoh: semua, beberapa, seluruh, dan lain-lain.
c. Kata
bilangan pisahan, contoh: setiap, masing-masing, tiap-tiap.
d. Kata
bilangan himpunan, contoh: berpuluh-puluh, berjuta-juta.
e. Kata
bilangan pecahan, contoh: separuh setengah, sebagian, dan lain-lain
f. Kata
bilangan ordinal/giliran, contoh: pertama, kedua, ketiga, dan seterusnya.
7) Kata
Tugas
Kata tugas ialah kata
yang memiliki arti gramatikal dan tidak memiliki arti leksikal. Kata tugas juga
memiliki fungsi sebagai perubah kalimat yang minim hingga menjadi kalimat
transformasi. Dari segi bentuk umumnya, kata-kata tugas sukar mengalami
perubahan bentuk. Kata-kata seperti : dengan, telah, dan,
tetapi dan sebagainya tidak bisa mengalami perubahan. Tapi, ada sebagian
yang bisa mengalami perubahan golongan kata ini jumlahnya sangat terbatas,
misalnya: tidak, sudah kedua kata itu dapat mengalami perubahan
menjadi menidakkan dan menyudahkan.
Ciri-ciri
Kata Tugas
Ciri dari kata tugas
ialah bahwa hampir semuanya tidak dapat menjadi dasar untuk membentuk kata
lain. Jika verba datang dapat diturunkan menjadi mendatangi, mendatangkan
dan kedatangan. Bentuk-bentuk seperti menyebabkan dan menyampaikan
tidak diturunkan dari kata tugas sebab & sampai tetapi dari
nomina sebab dan verba sampai yang membentuknya sama tapi
kategorinya berbeda.
Jenis-jenis
Kata Tugas
a. Preposisi
(kata depan): ialah jenis kata yang terdapat di depan nomina (kata benda),
misalnya : dari, ke & di. Ketiga kata depan ini dipakai untuk
merangkaikan kata-kata yang menyatakan tempat atau sesuatu yang dianggap
tempat. Contoh : Di Jakarta, di rumah, ke pasar, dari kantor.
b. Konjungsi
(kata sambung): ialah jenis kata yang dapat menggabungkan 2 satuan bahasa yang
sederajat, misalnya : dan, atau & serta. Jenis kata tugas yang mampu
menghubungkan kata dengan kata, frasa dengan frasa, atau klausa dengan klausa.
Konjungsi (kata sambung) dapat dibagi menjadi 4, yaitu:
c. Konjungsi
Koordinatif: yaitu konjungsi yang menghubungkan 2 unsur atau lebih yang sama
pentingnya, atau memiliki status yang sama contoh: dan, atau
& serta.
d. Konjungsi
korelatif: yaitu konjungsi yang menghubungkan 2 kata, frasa atau klausa yang
memiliki status sintaksis yang sama. Konjungsi korelatif rerdiri atas dua
bagian yang dipisahkan oleh satu frasa, kata atau klausa yang dihubungkan
oleh : baik .... maupun, tidak .... tetapi.
e. Konjungsi
Antarkalimat: yaitu konjungsi yang menghubungkan satu kalimat dengan kalimat
yang lainnya. Konjungsi jenis ini selalu membuat kalimat baru, tentu saja
dengan huruf kapital di awal kalimat. Contoh : Biapun begitu, akan
tetapi ....
f. Konjungsi
Subordinatif: yaitu konjungsi yang menghubungkan 2 klausa atau lebih dan klausa
itu merupakan anak kalimat. Konjungsi ini terbagi lagi menjadi 12 kelompok,
yaitu:
g. Konjungsi
subordinatif waktu : sejak, semenjak, sedari, sewaktu.
h. Konjungsi
subordinatif syarat : jika, jikalau, bila, kalau.
i.
Konjungsi subordinatif
pengandaian : seandainya, seumpama.
j.
Konjungsi subordinatif
konsesif : biarpun, sekalipun.
k. Konjungsi
subordinatif pembandingan : seakan-akan, seperti.
l.
Konjungsi subordinatif
sebab : sebab, karena, oleh sebab.
m. Konjungsi
subordinatif hasil : sehingga, sampai.
n. Konjungsi
subordinatif alat : dengan, tanpa.
o. Konjungsi
subordinatif cara : dengan, tanpa.
p. Konjungsi
subordinatif komplementasi : bahwa.
q. Konjungsi
subodinatif atribut : yang
r.
Konjungsi subordinatif
perbandingan : sama ... dengan, lebih ... dari.
Frase
Frase adalah satuan gramatik yang
terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi. Misalnya:
akan datang, kemarin pagi, yang sedang menulis.
Dari batasan di atas dapat lah
dikemukakan bahwa frase mempunyai dua sifat, yaitu
-
Frase merupakan satuan gramatik yang
terdiri dari dua kata atau lebih.
-
Frase merupakan satuan yang tidak
melebihi batas fungsi unsur klausa, maksudnya frase itu selalu terdapat dalam
satu fungsi unsur klausa yaitu: S, P, O, atau K.
2.2.1
Macam-macam Frase
1)
Frase Endosentrik
Frase endosentrik adalah frase yang
mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya.
Frase endosentrik dapat dibedakan
menjadi tiga golongan yaitu:
a.
Frase endosentrik yang koordinatif
Yaitu frase yang terdiri dari
unsur-unsur yang setara, ini dibuktikan oleh kemungkinan unsur-unsur itu
dihubungkan dengan kata penghubung.
Misalnya:
-
kakek-nenek -
pembinaan dan pengembangan
- laki
bini -
belajar atau bekerja
b.
Frase endosentrik yang
atributif
Yaitu frase yang terdiri dari
unsur-unsur yang tidak setara. Karena itu, unsur-unsurnya tidak mungkin
dihubungkan.
Misalnya: -
perjalanan panjang - hari
libur
Perjalanan,
hari merupakan unsur pusat, yaitu: unsur yang secara distribusional sama dengan
seluruh frase dan secara semantik merupakan unsur terpenting, sedangkan unsur
lainnya merupakan atributif.
c.
Frase endosentrik yang apositif
Yaitu frase yang atributnya berupa
aposisi/ keterangan tambahan.
Misalnya: Susi, anak Pak Saleh, sangat pandai.
Dalam frase Susi, anak Pak Saleh
secara sematik unsur yang satu, dalam hal ini unsur anak Pak Saleh, sama dengan
unsur lainnya, yaitu Susi. Karena, unsur anak Pak Saleh dapat menggantikan
unsur Susi.
2)
Frase Eksosentrik
Frase eksosentrik adalah frase yang
tidak mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya.
Misalnya:
Siswa kelas 1A sedang bergotong royong di dalam kelas.
Frase di
dalam kelas tidak mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya. Ketidaksamaan
itu dapat dilihat dari jajaran berikut:
Siswa kelas 1A sedang bergotong royong di ….
Siswa kelas 1A sedang bergotong royong …. kelas
3)
Frase Nominal
Frase nominal adalah frase yang
memiliki distributif yang sama dengan kata nominal.
Misalnya: baju
baru, rumah sakit.
4)
Frase Verbal
Frase verbal adalah frase yang
mempunyai distribusi yang sama dengan golongan kata verbal.
Misalnya: akan berlayar
5)
Frase Bilangan
Frase bilangan adalah frase yang
mempunyai distribusi yang sama dengan kata bilangan.
Misalnya: dua
butir telur, sepuluh keping
6)
Frase Keterangan
Frase keterangan adalah frase yang
mempunyai distribusi yang sama dengan kata keterangan.
Misalnya: tadi pagi,
besok sore
7)
Frase Depan
Frase depan adalah frase yang
terdiri dari kata depan sebagai penanda, diikuti oleh kata atau frase sebagai
aksinnya.
8)
Frase Ambigu
Frase ambigu artinya kegandaan makna
yang menimbulkan keraguan atau mengaburkan maksud kalimat. Makna ganda seperti
itu disebut ambigu.
Misalnya: Perusahaan pakaian milik
perancang busana wanita terkenal, tempat mamaku bekerja, berbaik hati mau melunaskan
semua tunggakan sekolahku.
Frase perancang busana wanita dapat
menimbulkan pengertian ganda:
- Perancang busana yang berjenis
kelamin wanita.
- Perancang yang menciptakan model
busana untuk wanita.
Klausa
Klausa
adalah kelompok kata yang terdiri dari subjek (S) dan predikat (P) baik
disertai objek (O), maupun keterangan (K), serta memilki potensi untuk menjadi
kalimat (Ramlan, 1996 : 56).
Misalnya: banyak orang mengatakan.
2.3.1
Jenis-jenis Klausa
1)
Klausa Aktif
Klausa aktif adalah klausa yang
subjeknya berperan sebagai pelaku atau aktor.
Contoh:
-
Ayah melihat saya menulis surat.
-
Saya melarang kamu mencangkul kebun
itu.
-
Ibu menyuruh dia memanggil nenek.
2)
Klausa Pasif
Klausa pasif adalah klausa yang
subjeknya berperan sebagai penderita.
Contoh:
-
Dia tahu benar surat itu telah
kutulis.
-
Aku tidak mau tahu kebun itu kau
cangkul.
-
Semua kami tahu nasi itu telah
dimakan oleh ibu.
3)
Klausa Medial
Klausa medial adalah klausa yang
subjeknya berperan baik sebagai pelaku maupun sebagai penderita.
Contoh:
-
..... dia menghibur hatinya.
-
..... dia menyiksa dirinya.
-
..... aku menusuk jariku.
4)
Klausa Resiprokal (refleksif)
Klausa resiprokal adalah klausa yang
subjek dan objeknya melakukan suatu perbuatan yang berbalas-balasan.
Contoh:
v
Saya tidak suka kalau kalian baku hantam
dengan mereka.
v
Paman menyuruh saya bersalam-salaman
dengan tamu itu.
v
Ayah menganjurkan agar kami saling
mengasihi dengan saudara.
5)
Klausa Intransitif
Klausa intransitif adalah klausa
yang mengandung kata kerja yang tidak memerlukan sesuatu objek.
Contoh:
v
Ayah pergi ke sawah
v
Ibu tinggal di rumah
v
Adik bermain-main di pekarangan
6)
Klausa Statif
Klausa statif adalah klausa yang
berpredikat ajektif atau yang dapat disamakan dengan ajektif.
Contoh:
v
Anak itu pintar
v
Neneknya kaya
v
Mereka capek
7)
Klausa Ekuasional
Klausa ekuasional adalah klausa yang
berpredikat nomina.
Contoh:
v
Nenekku dukun
v
Pamannya pedagang
v
Adiknya dokter
8)
Klausa Terikat
Klausa
terikat adalah klausa yang tidak dapat berdiri sendiri sebagai kalimat
sempurna, hanya mempunyai potensi sebagai kalimat tak sempurna.
Jenis klausa
ini ada tiga, yaitu:
a.
Klausa Nominal
Klausa nominal adalah klausa terikat
yang bertindak sebagai nomina.
Contoh:
Ø
Mereka melatih pemakaian bahasa
Ø
Kami telah mengatakan hal itu
b.
Klausa Ajektival
Klausa ajektival adalah klausa
terikat yang bertindak sebagai ajektif.
Contoh:
Ø
Orang kaya itu nenek saya
Ø
Lelaki tua ini paman si Ali
Ø
Lelaki yang masih kuat bekerja ini
paman si Ani
c.
Klausa Adverbial
Klausa Adverbial adalah klausa
terikat yang bertindak sebagai adverbia.
Contoh:
Ø
Dia pergi ke sana
Ø
Saya akan datang nanti
Ø
Saya akan datang kalau tugas saya
telah selesai
Kalimat
Kalimat adalah satuan bahasa
terkecil yang berupa klausa, yang dapat berdiri sendiri dan mengandung pikiran
lengkap.
Setiap
kalimat selalu mengandung dua bagian yang saling mengisi. Bagian yang saling
mengisi itu harus dapat memberikan pengertian yang dapat diterima, logis.
Selalu ada yang dikemukakan yang diikuti oleh bagian yang menerangkan atau
memberikan sesuatu tentang yang dikemukakan itu. Bagian yang dikemukakan itu dalam
bahasa biasa disebut subjek dan bagian yang menerangkan itu disebut predikat
(Putrayasa, 2007: 2).
Kalimat
merupakan hubungan dua buah kata atau lebih yang paling renggang. Karena
renggangnya hubungan kata yang membangun suatu kalimat bisa dibalik susunannya
tanpa membawa perubahan arti. Kalimat dapat dijelaskan sebagai satuan kata terkecil
yang mengandung pengertian lengkap. Batasan tersebut dapat dibedakan atas dua
bagian besar, yaitu:
v
Dari segi bentuk/ struktur
Kalimat ialah satuan kata terkecil.
Maksudnya, kalimat dapa dibangun minimal dengan dua buah kata.
v
Dari segi makna
Kalimat harus mengandung pengertian
yang lengkap. Suatu kesatuan kata terkecil yang mengandung pengertian yang
lengkap apabila didalamnya sudah terdapat subjek (S) dan predikat (P). Satuan
kata yang mengandung S dan P susunannya dapat dibalik tanpa mengubah arti
kesatuan tersebut.
Jenis Kalimat Berdasarkan Isinya
1)
Kalimat Berita
Kalimat berita adalah kalimat yang mendukung suatu
pengungkapan peristiwa atau kejadian.
a.
Bentuk penulisan kalimat berita
Penulisan kalimat berita dimulai dengan huruf besar,
dan diakhiri dengan tanda titik. Contoh:
Ø
Korban lapindo blokir rumah Ical.
Ø
Jusuf kalla bertemu dengan Megawati.
Ø
Aksi premanisme terjadi di kota-kota
besar.
b.
Kemungkinan struktur kalimat berita
v
Struktur S-P
Contoh:
-
Gubernur itu diperiksa.
-
Ketua komite itu rapat.
v
Struktur S-P-O
Contoh:
-
KPK memeriksa gubernur itu.
-
Para demonstran mendatangi KPUD.
v
Struktur S-P-01-02
Contoh:
-
Majalah itu diberikan oleh adik
kepadaku.
-
Korban kecelakaan itu dirawat di
RSUD.
v
Struktur S-P-O-A
Contoh:
-
Para siswa SMA/SMK mempersiapkan
perlengkapan ujian sejak dini.
-
Kepala sekolah mengumumkan berita
itu tadi pagi.
2)
Kalimat Tanya
Kalimat tanya adalah kalimat yang mengandung suatu
pertanyaan.
a.
Bentuk penulisan kalimat tanya
Penulisan kalimat tanya dimulai dengan huruf besar dan
diakhiri dengan tanda tanya.
Contoh:
Ø
Apa saudara seorang mahasiswa?
Ø
Bagaimana menggunakan alat ini ?
Ø
Dimana tempat tinggalmu?
3)
Kalimat Perintah
Kalimat perintah adalah kalimat yang isinya menyuruh
orang lain untuk melakukan sesuatu yang kita kehendaki.
a.
Bentuk penulisan kalimat perintah
Sesuai dengan apa yang telah dijelaskan di atas,
penulisan kalimat perintah dimulai dengan huruf besar dan diakhiri dengan tanda
titik atau tanda seru.
Contoh:
Ø
Berikan buku ini kepadanya kalau dia
datang!
Ø
Antarkan uang ini ke Bank!
Ø
Keluarkan mobil itu!
Jenis Kalimat Berdasarkan Jumlah
Klausanya
1)
Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri atas satu
klausa atau satu konstituen S-P (Putrayasa, 2007: 41).
Jaid, unsur inti kalimat tunggal ialah subjek dan
predikat. Dalam kalimat tunggal tentu saja terdapat semua unsur wajib yang
diperlukan. Di samping itu, tidak mustahil unsur manasuka seperti keterangan
tempat, waktu, dan sebagainya. Dengan demikian, kalimat tunggal tidak selalu
dalam wujud yang pendek, tetapi juga dapat panjang.
Contoh:
-
Palestina bertempur.
-
Kami mahasiswa Universitas
Muhammadiyah Malang.
-
Guru Bahasa Indonesia kami akan
dikirim ke luar negeri
-
Tes Potensi Akademik telah
diselenggarakan seminggu lalu.
-
Syamsul Bahri akan melanjutkan
kuliah di Batavia.
2)
Kalimat Bersusun
Kalimat bersusun adalah kalimat yang terdiri atas satu
klausa bebas dan sekurang-kurangnya satu klausa terikat.
Contoh:
-
Ayah marah kalau dia terlambat
pulang.
-
Para siswa bersorak setelah membaca
pengumuman itu.
-
Dia pasti datang kalau kita mengirim
ongkosnya.
-
Guru marah kalau kita terlambat.
-
Raminra mendapat beasiswa karena ia
pintar.
-
Bapak bangun setelah ayam berkokok.
-
Kami naik kereta api kalau bus
penuh.
-
Temannay akan datang kalau tidak ada
halangan.
3)
Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk adalah penggabungan dua kalimat
tunggal atau lebih, sehingga kalimat yang baru mengandung dua pola kalimat atau
lebih.
Contoh:
-
Dia membeli baju itu, lalu
menyimpannya dalam almari.
-
Saya mengajar di Undiksha, sedangkan
dia mengajar di Undiknas.
-
Gadis itu sedang menyisir rambutnya.
Gadis, yang berbaju merah itu sedang menyisir
rambutnya.
Macam-macam kalimat majemuk:
a.
Kalimat Majemuk Setara
Kalimat majemuk setara adalah gabungan beberapa
kalimat tunggal menjadi sebuah kalimat yang lebih besar, dan tiap-tiap kalimat
tunggal yang digabungkan tidak kehilangan unsur-unsurnya.
Contoh:
K1 = Matahari terbenam di ufuk Barat.
K2 = Margasatwa kembali ke sarangnya.
K3 = Para petani segera pulang ke rumahnya
masing-masing.
KMS: Matahari terbenam di ufuk Barat, margasatwa
kembali ke sarangnya, dan para petani segera pulang ke rumahnya masing-masing.
b.
Kalimat Majemuk Rapatan
Kalimat majemuk rapatan adalah beberapa kalimat
tunggal yang mempunyai kesamaan unsur, yang digabungkan menjadi kalimat majemuk
dengan menuliskan/menyebutkan satu unsur yang sama.
Contoh:
-
K1 = Benteng itu ditembaki.
K2 = Benteng itu dibom bertubi-tubi.
K3
= Benteng itu diratakan dengan tanah.
KMR: Benteng
itu ditembaki, dibom bertubi-tubi dan diratakan dengan tanah.
c.
Kalimat Majemuk Bertingkat
Kalimat majemuk bertingkat adalah kalimat yang
hubungan pola-polanya tidak sederajat, salah satu pada bagian yang lebih tinggi
kedudukannya disebut induk kalimat, sedangkan bagian yang lebih rendah
kedudukannya disebut dengan anak kalimat.
Contoh:
Kedatangannya
disambut oleh rakyat kemarin.
Ternyata kalimat tunggal di atas terdiri atas empat
unsur. Tiap-tiap unsur yang ada dapat diganti dengan sebuah kalimat. Misalnya
unsur kemarin diganti dengan:
Ketika
matahari mulai condong ke Barat.
Kalau kalimat bentukan di atas digabungkan dengan sisa
kalimat sumbernya, maka akan terbentuk kalimat gabungan yang berbunyi:
Kedatangnya
disambut oleh rakya ketika matahari mulai condong ke Barat.
Analisis KMB di atas:
Induk kalimat (Ika) : kedatangannya disambut oleh
rakyat.
Anak kalimat (Aka) : ketika matahari mulai condong ke
Barat.
d.
Kalimat Majemuk Campuran
Kalimat majemuk campuran adalah kalimat yang terdiri
atas sebuah pola atasan dan sekurang-kurangnya dua pola bawahan, atau
sekurang-kurangnya dua pola atasan dan satu atau lebih pola bawahan.
Contoh:
·
Satu pola atasan dan dua pola
bawahan
Mahasiswa jurusan PBSID telah menyelenggarakan cerdas
cermat bahasa indonesia, yang diikuti oleh para siswa SMA, serta dihadiri juga
oleh para guru mereka.
·
Dua pola atasan dan satu pola
bawahan
Kepala Sekolah menyerahkan hadiah itu dan meminta agar
kami terus menyimpannya pada tempat yang sama, yang telah disediakan oleh
pegawai.
2.4.3
Jenis Kalimat Berdasarkan Predikat
yang Membentuknya
a.
Kalimat Verbal
Kalimat verbal adalah kalimat yang predikatnya kata
kerja.
Macam-macam kalimat verbal:
Ø Kalimat
Berpredikat Verba Taktransitif
Adalah kalimat yang tak berobjek dan tak berpelengkap,
hanya memiliki dua unsur.
Contoh:
-
Ibu guru sedang berbelanja.
-
Pelatihnya belum datang.
Ø Kalimat
Berpredikat Verba Semitransitif
Adalah kalimat yang predikatnya bisa diikuti objek,
bisa juga tanpa diikuti objek.
Contoh:
-
Dahlia sedang memasak.
Dahlia sedang memasak nasi.
-
Pak guru mengajar.
Pak guru mengajar muridnya.
b.
Kalimat Nominal
Kalimat nominal adalah kalimat yang predikatnya
dibentuk dengan selain kata kerja.
Contoh:
-
Buku itu cetakan Bandung.
-
Pemian sepak bola itu kaya.
-
Tabungannya hanya sedikit.
-
Mereka ke rumah kemarin.
2.4.4
Jenis Kalimat Berdasarkan Sifat
Hubungan Aktor-Aksi
a.
Kalimat Aktif
Kalimat aktif adalah kalimat yang subjeknya melakukan
pekerjaan.
Contoh:
-
Banyak partai politik melanggar tata
tertib kampanye.
-
Pramuniaga itu melayani pembelinya
dengan ramah.
-
Penduduk desa itu melebarkan jalan
yang ada di desanya.
-
Gadis itu rindu pada orang tuanya.
b.
Kalimat pasif
Kalimat pasif adalah kalimat yang subjeknya dikenai
pekerjaan.
Contoh:
-
Galian itu kita perdalam.
-
Pemain sinetron itu mereka lempari.
-
Juara dunia itu tak terkalahkan.
-
Kami kehujanan tadi pagi.
-
Rumahnya kemasukan pencuri.
c.
Kalimat Medial
Kalimat medial adalah kalimat yang subjeknya berperan,
baik sebagai pelaku maupun sebagai penderita.
Contoh:
-
Aku menyesali nasibku.
-
Aku menusuk jariku.
-
Dia menghibur dirinya.
d.
Kalimat Resiprokal
Kalimat resiprokal adalah kalimat yang subjek dan
objeknya melakukan suatu perbuatan yang berbalas-balasan.
Contoh:
-
Para pembeli tawar-menawar dengan
para pedagang.
-
Hadirin bersalam-salaman dan
bermaaf-maafan satu sama lainnya pada hari natal.
-
Tembak-menembak masih sering terjadi
antara pasukan Israel dan Palestina.
Jenis Kalimat Berdasarkan Struktur
Internal Klausa Utama
a.
Kalimat Lengkap
Kalimat lengkap adalah kalimat yang mengandung klausa
lengkap.
Contoh:
-
Bayi itu menyusu.
-
Lado menulis buku.
-
Barcelona meraih trofi Liga
Champions.
b.
Kalimat Tak Lengkap
Kalimat tak lengkap adalah kalimat yang dasarnya terdiri
atas sebuah klausa terikat, atau sama sekali tidak mengandung struktur klausa.
Contoh:
-
Belum berakhir.
-
Meskipun kurang sedikit.
-
Oleh karena itu, adiknya sakit.
Jenis Kalimat Berdasarkan Ada
Tidaknya Perubahan dalam Pengucapan
a.
Kalimat Langsung
Kalimat langsung adalah kalimat yang langsung
diucapkan oleh si pembicara.
Contoh:
-
Darwin berkata, “Peristiwa itu
terjadi baru saja”.
-
Siswa itu bertanya, “Kapan nilai
kami dibagikan?”
-
Tanya paramita, “Apakah gurunya
galak?”
b.
Kalimat Tak Langsung
Kalimat tak langsung adalah kalimat yang sudah
mengalami perubahan pengucapan dari pembicara aslinya.
Contoh:
-
Mereka menyatakan ahwa persediaan
beras sudah habis.
-
Ibu menyarankan agar kami
rajin-rajin belajar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar